Puncta 7.1.25
BAPAK dulu pernah bekerja di tempat penggilingan padi. Sisa-sisa beras yang hancur dikumpulkan dan dibawa pulang. Bapak sering menyuruh ibu untuk menanak nasi dari sisa-sisa beras pemberian orang.
Waktu itu masa paceklik dan sulit. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ibu harus pandai-pandai memutar otak agar anak-anak bisa makan. Kalau beras tidak cukup, ibu membuat bubur tajin agar bisa dimakan seluruh keluarga. Tajin yang masih hangat itu dicampur gula merah sedikit, rasanya enak sekali.
Anak-anak harus makan lebih dulu, baru bapak dan ibu makan sisa-sisanya. Bahkan kadang ibu membohongi kami. Beliau mengatakan sudah makan saat mencicipi makanan yang dimasak untuk anak-anak. Yang penting anak-anak jangan kelaparan.
Ibuku selalu bisa membuat makanan cukup bagi anak-anak. Walau dari kekurangan yang ada, anak-anaknya harus makan. Selalu ada mukjizat yang bisa disyukuri karena Tuhan selalu menyelenggarakan hidup kita.
Yesus berbelaskasihan ketika melihat orang banyak, seperti domba tanpa gembala. Ia mengajak murid-murid Nya untuk berpikir memberi mereka makan. “Kamu harus memberi mereka makan,” kata-Nya.
Padahal mereka hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Tetapi Yesus mengucap syukur atas lima roti dan dua ikan, sehingga saat dibagikan dapat mencukupi untuk lima ribu orang.
Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.
Ketika semua bisa disyukuri, tidak ada yang akan kekurangan. Tetapi justru malah berkelimpahan. Di mata Tuhan tidak ada yang mustahil. Tetaplah percaya dan punya pengharapan.
Setiap pagi dapat kiriman bubur,
Ada bubur babi dan bubur ikan.
Hati yang selalu penuh syukur,
Bikin hidup jadi berkelimpahan.
Wonogiri, mukjizat itu nyata tiap hari
Romo A. Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |