Potensi Pembiayaan Perumahan Subsidi Tinggi, Apersi : Orang Menikah Butuh Rumah

21 November 2021, 05:51 WIB

LOKAWARTA.COM,SUKOHARJO-Begitu besar potensi perumahan di Jawa Tengah yang bisa dibiayai perbankan atau lembaga keuangan.

Data BPS, kata Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan Dan Permukiman Seluruh Indonesia atau Apersi Jawa Tengah Bayu Rama Jati, rata-rata ada 270.000 pasangan yang menikah tiap tahun. Orang yang menikah tentu saja butuh rumah.

“Ambil saja 10 persen saja, dari pasangan yang menikah itu, sudah berapa rumah yang dibutuhkan, 27 ribu unit,” kata Bayu Rama Jati.

Hal itu dikatakan dalam bincang bincang dengan para anggota Apersi di Alaska Baru Cafe Sukoharjo, Jumat (19/11/2021). Hadir di kesempatan itu manajemen PT BKK Jateng.

Bayu Rama Jati melanjutkan, jika melihat backlog atau selisih antara kebutuhan dan ketersediaan perumahan, diperkirakan kebutuhan mencapai lebih dari 419 ribu unit. Dan itu kalau diambil 10 persen jumlahnya bisa mencapai 41.000 unit. Itu semua rumah subsidi.

Dari jumlah prosentase kebutuhan rumah subsidi itu dalam setahun, kredit pemilikan rumah (KPR) yang bisa disalurkan perbankan lebih dari Rp 2 triliun, dengan harga Rp 150 juta.

Itu belum termasuk kredit yasa guna (KYG), kredit konstruksi, atau kredit modal kerja yang bisa diberikan perbankan pada pengembang yang jumlahnya juga cukup besar.

“Kredit modal kerja itu akan kembali ke bank juga. Artinya, kalau pembangunan perumahan yang dibiayai bank, maka penjualan unit secara kredit atau KPR juga akan melalui bank,” kata Bayu.

Kepala Cabang Koordinator PT BKK Jateng (Perseroda) Solo Raya, Sarni mengatakan, BKK Jateng siap bekerja sama dengan Apersi untuk penyaluran KPR, terutama bagi masyarakat berpenghadilan rendah.

“Karena ini levelnya Jawa Tengah maka MoU itu nanti yang melakukan kantor BKK Jateng pusat Semarang,” kata Sarni.

Mantan kepala BKK Wonogiri itu mengakui, potensi pembiayaan atau KPR rumah subsidi sangat besar. Terutama bagi pekerja informal yang belum banyak disentuh perbankan.

“Pekerja sektor informal itu punya uang dan mampu membeli rumah, cuma pintar-pintarnya kita mensiasati mereka,” kata Sarni.

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait