SOLO,LOKAWARTA.COM-Meski terbilang hanya kereta pengumpan, namun fasilitas railbus Batara Kresna relasi Solo-Wonigiri terbilang ” wah” untuk ukuran KA feeder.
Gerbong KA Perintis Batara Kresna bersih, tempat duduknya nyaman, suaranya tidak begitu bising, dan lebih dari itu tiketnya sangat murah, yakni hanya Rp 4.000 untuk sekali jalan.
“Seharga satu gelas es teh jumbo di pinggir jalan,” kata salah seorang wartawan di sela sosialisasi perjalanan angkutan KA Perintis Batara Kresna, Kamis (30/11/2023).
Sosialisasi di atas gerbong kereta dalam perjalanan dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri itu mengajak sejumlah wartawan, Dinas Perhubungan Kota Surakarta, dan masyarakat umum.
Dalam sosialisasi yang dipandu Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta Krisbiyantoro itu menghadirkan Albertus Dito dari PPK Kegiatan Pengembangan 3 BTP Semarang dan Darmoyo dari Seksi Lalu Lintas.
Sepanjang perjalanan lebih dari satu jam di atas gerbong kereta api, para wartawan dan peserta bisa menikmati pemandangan indah di kanan maupun kiri sambil mendengarkan penjelasan dari nara sumber.
KA Batara Kresna adalah satu-satunya kereta api di Indonesia yang rutenya melintas di perkotaan yang jalurnya beriringan dengan transpotasi lainnya. Sempat pernah akan ditutup/dimatikan, jalur kereta api itu kini justru dikembangkan.
Awalnya KA feeder Batara Kresna hanya untuk mengantar/menjemput warga Wonogiri, Sukoharjo, dan sekitar yang hendak bepergian ke luar kota naik kerata api melalui Stasiun Kota / Purwosari. Kala itu kereta api yang melayani masih dibilang spoor kluthuk.
Sekarang justru berubah menjadi kereta wisata. Penumpangnya pun berkembang. Tidak hanya warga Wonogiri dan sekitar yang mau bepergian ke luar kota atau pulang dari luar kota, tapi anak-anak muda yang hendak berwisata atau kulineran.1
Mereka merasa nyaman berwisata atau bepergian, karena kereta api yang melayani jenis railbus dengan fasilitas sangat baik. Dengan berubahnya fungsi tersebut, kawasan yang dilintasi KA Batara Kresna berkembang, terutama di sekitar stasiun. Tumbuh hunian baru dan pusat-pusat kuliner serta destinasi wisata.
Meski gerbongnya bagus dan fasilitasnya oke, namun okupansinya belum maksimal, hanya sekitar 60 persen dari tiga gerbong yang disediakan. Sehingga, masih sulit ditingkatkan menjadi KA PSO atau bahkan KA reguler. Sebab untuk meningkatkan status menjadi KA PSO setidaknya okupansi penumpang rata-rata 70 persen.
Untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat pada moda transpotasi kereta api dan mendongkrak okupansi KA Batara Kresna, PT KAI tidak hanya melakukan sosialisasi saja tapi juga terus meningkatkan pelayanan bagi para penumpang.
Terkini, PT KAI bakal menambah kecepatan KA Batara Krisna. Sebagai langkah awal, rel kereta sepanjang 32 km dari Stasiun Kota Purwosari menuju Stasiun Wonogiri. Dari semula R33 menjadi R54. Selain itu, bantalan rel yang semula besi diganti beton.
“Dengan pergantian rel, kecepatan kereta bertambah dari 30 km perjam menjadi 60 km perjam. Sehingga, waktu tempuh Kereta Batara Kresna dari Solo menuju Wonogiri dan sebaliknya bisa berkurang, dari semula 85 menit menjadi 60 menit saja,” kata Manager Humas PT KAI Daop VI, Krisbiyantoro.
Namun anggaran dari pemerintah senilai Rp 185 miliar, tidak hanya untuk pergantian rel dan bantalan, tapi juga untuk peningkatan prasarana beberapa stasiun yang dilewati. Seperti, peninggian peron, pembuatan gapura, dan sterilisasi stasiun.
“Peningkatan prasarana dalam bentuk pekerjaan 3 paket konstruksi dalam program pengembangan III itu untuk kenyamanan pada para penumpang agar masyarakat makin tertarik naik kereta api,” kata PPK Pengembangan III, Albertus Dito.
Darmoyo Pambudi dari seksi operasi BTP I Semarang menjelaskan, perjalanan KA Batara Kresna bisa memungkinkan untuk dilakukan penambahan jika animo masyarakat tinggi setelah peningkatan prasarana.
KA Batara Kresna juga bisa naik kelas jika penumpang terus meningkat jumlahnya, hingga okupansi sampai minimal 70 persen. “Yang semula perintis bisa naik menjadi kereta PSO dan juga lebih meningkat menjadi kereta komersial,” kata dia.
Sejak beroperasional tahun 2016, progres pelayanan bertahap meningkat dan jumlah penumpang beragam umur, dan terus bertambah. Sepanjang Januari hingga Oktober lalu jumlah penumpang mencapai 103 ribu orang.
Darmoyo menambahkan, jika animo masyarakat tinggi, maka KAI bisa menambah perjalanan. Saat ini baru ada 4 perjalanan, dari Purwosari ke Wonogiri, dan Wonogiri ke Purwosari. Nanti kalau prospek makin baik, bisa jadi 8 atau 16 perjalanan.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |