SOLO,LOKAWARTA.COM-“Ketika kita memikirkan seni, sesungguhnya kita sedang merayakan keindahan
dunia. Say all with arts, katakan semuanya dengan seni agar keindahan terus mewarnai kehidupan.”
Begitu pesan Direktur SIPA 2023, R. Ay. Irawati Kusumoasri ketika memberi sambutan dalam pembukaan Solo International Performing Arts (SIPA) 2023 Kamis (31/09/2023) di Benteng Vastenburg Solo.
Pembukaan ditandai pemukulan kenong oleh Wali Kota Gibran Rakabuming Raka bersama Wakil Menteri Pariwisata Angela Tanoesoedibjo, dilanjutkan pesta kembang api bersama penonton.
Maskot SIPA 2023, Wirastuti Susilaningtyas, tampil membuka rangkaian pertunjukan dengan balutan busana biru megah bersama Semarak Candrakirana Art Center membawakan karya bertajuk “Symphony Selaras”.
Tarian yang dibawakan merepresentasikan perwujudan harmoni antara elemen suara, gerak, dan properti dalam visual performatifnya. Fokus utama dalam sajian ini adalah semangat dan keberagaman yang seirama.
Seniman dari Lithuania, AURA Dance Theatre, memamerkan
teater berjudul “Without The Moon” yang merepresentasikan kesendirian dalam kegelapan. Sumatra Ethnic dari Medan mempersembahkan karya “Horas Oppung” yang mengisahkan perbedaan karakter dalam kehidupan kost perantau daripada Batak.
Gubang Art Community dari Kutai Kartanegara mempersembahkan
“Tudung Saji” sebagai simbol pemaknaan tentang bertingkah laku sesuai adab masyarakat juga dipentaskan. Dilanjutkan penampilan dari seniman Malaysia, College of Creative Arts UiTM (CCA) yang menyuguhkan pertunjukan bertajuk “SAPTA”, sebuah karya yang terinspirasi oleh pencarian setiap individu akan seseorang, sesuatu, cinta, komunitas, keyakinan yang berlanjut.
Korea Selatan diwakili N-Lions Taekwondo Demonstration Team dari Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) membawakan penampilan Taekwondo berjudul “Spirit of Korea” sebagai penggeloraan semangat Taekwondo ke seluruh dunia dan menyatukan dunia.
Kolaborasi lain datang dari Miray Kawashima dan Yuuka Koyama, delegasi asal Jepang, dengan “Sora No Oto” yang menceritakan dua dimensi berbeda di antara benda angkasa dan dunia yang menyuarakan peristiwa alam sebagai simbol kehidupan universal.
Sebagai penutup rangkaian pertunjukan pada hari pertama,
tampil Pulung Dance Studio dari Yogyakarta dengan karya “Bang Bintulu” yang menjadi representasi kepercayaan tentang keblat papat, lima pancer yang juga menjadi simbol keseimbangan hidup dalam diri manusia.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |